MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI
Model pembelajaran Simulasi dapat digunakan sebagai kaedah mengajar dengan anggapan tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Antara contoh stimulasi ialah, memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa yang lebih banyak mengarah kepada psikomotor , maka penggunaan model pembelajaran simulasi akan sangat bermanfaat.
Berdasarkan huraian tersebut, di sini akan membahas model pembelajaran simulasi yang merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif untuk melatih siswa agar lebih terampil. Dalam ruangan ini permasalahan yang akan dibincangkan adalah :
(1). Apa yang dimaksudkan dengan model pembelajaran simulasi?
(2). Bagaimana penerapan model pembelajaran simulasi ?
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran simulasi dan penerapan model pembelajaran simulasi. Manfaat penulisan ini ialah sesuai bagi pembaca terutama guru yang ingin mengetahui dan menerapkan model pembelajaran simulasi dalam proses pembelajaran.
MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI
Pengertian Model Pembelajaran Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang ertinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai kaedah mengajar, simulasi dapat diertikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
Model pembelajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau proses. Model pembelajaran ini dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan.
Model pembelajaran ini diterapkan didalam dunia pendidikan dengan tujuan mengaktifkan kemampuan yang dianalogikan dengan proses siber etika. Pendekatan simulasi dirancang agar mendekati kenyataan dimana gerakan yang dianggap kompleks sengaja dikawal, misalnya, dalam proses simulasi ini dilakukan dengan menggunakan simulator.
Model pembelajaran simulasi bertujuan untuk:
(1) melatih keterampilan tertentu untuk bersifat profesional bagi kehidupan seharian,
(2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip,
(3) melatih memecahkan masalah,
(4) meningkatkan keaktifan belajar,
(5) memberikan motivasi belajar kepada siswa,
(6) melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi berkumpulan,
(7) menumbuhkan daya kreatif siswa,
(8) melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
Karakter Model Pembelajaran Simulasi
Menurut Joyce dan Weil (1980) dalam Udin (2001:66), model ini memiliki tahap-tahap berikut :
1. Sintakmatik
Tahap I. Orientasi
1. Menyediakan berbagai topik simulasi dan konsep-konsep yang akan diintegrasikan dalam proses simulasi.
2. Menjelaskan prinsip Simulasi dan permainan.
3. Memberikan gambaran teknis secara umum tentang proses simulasi.
Tahap II. Latihan bagi peserta
1. Membuat senario yang mempunyai peraturan, peranan, langkah, pencatatan, bentuk keputusan yang harus dibuat, dan tujuan yang akan dicapai.
2. Menugaskan para pelajar dalam simulasi
3. Mencuba secara singkat suatu episod
Tahap III. Proses simulasi
1. Melaksanakan aktiviti permainan dan pengaturan kegiatan tersebut.
2. Memperoleh gerak balas dan evaluasi dari hasil pengamatan terhadap persembahan pelajar.
3. Menjelaskan perkara-perkara yang salah konsep
4. Melanjutkan permainan/simulasi
Tahap IV. Pemantapan dan debriefing
1. Memberikan ringkasan mengenai kejadian dan persepsi yang timbul selama simulasi.
2. Memberikan ringkasan mengenai halangan-halangan dan wawasan para peserta.
3. Menganalisis proses
4. Membandingkan aktiviti simulasi dengan dunia nyata.
5. Menghubungkan proses simulasi dengan isi pelajaran.
6. Menilai dan merancang kembali simulasi.
2. Sistem Sosial
Didalam simulasi, pengajar harus dengan sengaja memilih jenis kegiatan dan mengatur siswa dengan merancang kegiatan yang utuh dan padat mengenai sesuatu proses. Kerana itu, model ini termasuk model yang terstruktur. Namun demikian, kerjasama antara peserta sangat diperhatikan. Keberhasilan dari model ini tergantung pada kerjasama dan kehendak dari siswa untuk secara bersungguh-sungguh melaksanakan aktiviti ini.
3. Prinsip reaksi/pengelolaan
Dalam model ini, pengajar berperanan sebagai pemberi kemudahan atau fasilitator. Dalam keseluruhan proses simulasi, pengajar bertugas dan bertanggung jawab atas terancangnya suasana belajar dengan cara menunjukkan sikap yang mendukung atau supportif dan tidak bersifat menilai atau evaluatif. Dalam hal ini, pengajar bertugas untuk lebih dahulu mendorong pengertian dan pentafsiran para siswa terhadap isi dan makna dari simulasi tersebut.
4. Sistem Pendukung
Peralatan yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan simulasi ini bervariasi, mulai dari yang paling sederhana dan murah, ke yang paling kompleks dan mahal. Contohnya bila peralatan yang dipergunakan berbentuk simulator elektronik, tentu hal ini memerlukan perbelanjaan yang besar
No comments:
Post a Comment